Sumut , Surga Kejahatan : Siapa Yang Mau Investasi Bang Bobby? (Catatan Untuk 77 Thn Provinsi Sumut)


 

Oleh Ahmad Daud - Ketua Umum Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Islam Sumatera Utara (PW GPI Sumut)

Gubernur Bang Bobby Nasution boleh - boleh saja menargetkan investasi masuk 5 triliun selama periode jabatannya memangku Provinsi Sumut ini. Tapi apakah target itu linear dengan tingginya tingkat kriminalitas kejahatan di Sumatera Utara ? Siapa yang mau Investasi di wilayah yang Provinsinya sudah sangat tepat disebut jadi surga kejahatan?

Coba kita lihat fakta ini, baru-baru ini bandar narkoba di Labuhan Batu menyatakan mereka setor sekian angka ke oknum aparat maka bisnisnya selama ini aman saja. Lihat juga bagaimana operasi BAIS membongkar kasus LPG yang konon katanya diduga barbut tersebut raib di Mapolres Belawan.

Atau bagaimana bandar dengan antengnya membuka barak di daerah Mencirim, Serba Jadi, Paya Bakung dikawasan Deli Serdang yang membuat masyarakat tempatan sampai membuat pagar pembatas di area masuk gang nya ; KALAU MAU BELI NARKOBA JANGAN LEWAT GANG KAMI INI !

Atau mari kita cerita tentang bagaimana rentannya bajing loncat di dekat area tol dan jalan perlintasan ? Dengan tingginya angka kejahatan narkoba, begal,judi, tawuran dan geng motor serta oplosan seberapa selera para pihak berinvestasi di Sumatera Utara ini ?

Siapa yang saat ini misalnya berani di malam hari melintasi kawasan Medan Utara ? Bagaimana mungkin tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang hasil investasi meningkat jika uang penghasilan pekerja habis untuk membeli narkoba? Itu jika bekerja, jika pengangguran? Maka pagar tetangga bahkan taman kota pun habis disikatnya.

Niat untuk memajukan Sumut tentu sangat mulia terlebih jika memang investasi tersebut masuk ke sektor real dan padat karya. Tapi jika Sumatera Utara tidak pernah keluar dari daerah yang termasuk rawan kriminalitas tertinggi di Indonesia maka sulit mencapai hal tersebut.

Kejadian orang mati begal dijalan bukan cerita yang asing di Sumatera Utara ini. Tak peduli daerah tersebut padat atau lengang, malam atau siang ya sama saja kondisinya. 

Kenapa tingkat kejahatan tersebut semakin meningkat? Orang awam pun tahu , semua itu terjadi karena setoran ke oknum aparat yang bermain mata tak pernah terhentikan. Jika santer didengar setoran rutin sekian puluh atau ratusan juta untuk setingkat oknum di Polres. Maka berapa lagi angka setoran yang masuk bila yang mengambil oknum di Polda ?

Investasi bukan hanya soal rumit dan berbelitnya birokrasi atau premanisme yang sering diistilahkan dilakukan oleh PeEs (Pemuda atau yang berbaju OKP setempat). Tapi juga tentang keamanan umum di Sumut ini sangat mustahil terwujud. Tentang birokrasi mungkin Bang Bobby bisa membereskannya karena beliau punya kuasa disitu. Tapi tentang kejahatan apa beliau sanggup menjangkau permainan yang di sebut oknum - oknum tadi hingga ke tingkat kampung - kampung pelosok? 

Okey ada yang bilang, kan tinggal bersinergi dengan instansi aparat. Kawan saya yang aktifis dan wartawan tertawa ketika dalam sebuah kopdar ada teman yang menyatakan demikian. Kenapa ? Karena sinergi yang dimaksud tak lebih hanya sekedar agenda silaturahmi dan sharing. Nyaris tak membekas hingga ke bawah. Pahit tapi itulah fakta di lapangan.

Oknum - oknum ini sudah seperti Mafioso, mereka menyebar nyaris ke setiap sendi bangunan keamanan di negeri ini. Selama tak ada pembenahan dan tindakan tegas atau penegakan hanya untuk show off blaka maka sulit bagi kita berbicara panjang tentang masuknya investasi di Sumut ini. 

Anda boleh marah , tapi kasus oknum aparat bermain yang terungkap itu hanya fenomena gunung es saja. Sejatinya, ya lebih besar lagi dan mereka sudah seperti sel parasit di tubuh aparatur keamanan itu sendiri. Siapa yang patut disalahkan tentang fakta ini? Secara instansi, ya silahkan jari telunjuk kita arahkan ke Tamora 1. Sekian lama beliau jadi komandan keamanan, kok Sumut tetap aja jadi surga kejahatan ?! (tim)

Posting Komentar

0 Komentar